Hujan Yang Tak Romantis
Siang itu, rombongan kami disibukkan oleh aktivitas rutin sebelum pendakian, menunggu beberapa teman yang belum datang dan mengecek barang-barang yang akan dibawa pada saat pendakian. Gunung yang menjadi destinasi kali ini adalah gunung arjuna. Rencananya, rombongan kami akan mendaki Arjuna via Tretes di kabupaten Pasuruan. Setelah hampir satu jam menunggu di markas, akhirnya terkumpullah rombongan kami yang tadi berserakan entah kemana, hehe.
Rombongan sudah siap berangkat dari kota Malang sekitar pukul 2 siang. Kali ini, rombongan saya memiliki jumlah lebih dari 20 orang, rombongan pendakian yang cukup besar. Pukul 2 siang lebih kami naik angkot menuju terminal arjosari, yaitu terminal Kota Malang untuk jurusan ke arah utara (Kota Malang memiliki 3 terminal ). Sampai di terminal arjosari, kami naik bis antar kota yang searah dengan Surabaya, tapi dengan tujuan terminal Pandaan. Lama perjalanan dari terminal Arjosari Malang ke terminal Pandaan sekitar 1,5 jam. Sampailah kami di terminal Pandaan sekitar pukul 3.30 WIB. Terminal Pandaan ini berada di depan Masjid Ceng-Ho Pandaan. Dari terminal Pandaan, kami langsung naik Angkutan. Supir akan mengerti tujuan kita ketika melihat kita membawa tas carrier kok, supir akan langsung menawarkan kita ke basecamp arjuna weilrang. Perjalanan dari terminal Pandaan ke basecamp Arjuna sekitar 30 menit dengan jalan yang cukup menanjak. Dalam perjalanan ke basecamp, hujan mulai turun dan membuat fisik kami menjadi dingin (saat itu kami diam di dalam angkutan). Beberapa teman sudah menunjukkan gejala-gejala mabuk darat, padahal belum mendaki. Suhu yang mulai dingin ketika memasuki wilayah tretes disertai hujan serta jalan yang menanjak membuat perut dan kepala kami terasa digoyang-goyang (istilah kerennya masuk angin).
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
(gambar1, pos perijinan Gn Arjuna Welirang via Tretes)
Pukul 4 sore kami sampai di basecamp Gunung Arjuna. Sebenarnya, jalur Tretes sendiri adalah jalur yang paling terjal dan panjang di antara ke-2 jalur lainnya (jalur purwosari dan Lawang). Selanjutnya, saya melakukan pendaftaran ke Pos perijinan, sementara teman-teman yang lain mulai persiapan mengeluarkan jas hujan, karena hujan masih menemani. Syarat pendaftaran pada saat itu cukup KTP satu orang dan mencatat semua nama di form yang diberikan oleh petugas. Dan yang tidak kalah penting, saya meminta nomor petugas yang bisa dihubungi, dikarenakan cuaca akhir-akhir itu sering terjadi hujan.
Pendakian akan dimulai dengan membagi rombongan dalam beberapa kelompok kecil. Hal ini dilakukan untuk dapat lebih fokus dalam kerjasama dengan kelompok pendakiannya, termasuk dalam hal memberikan pertolongan pada teman yang membutuhkan pada saat pendakian. Sebelum berangkat, hujan yang tadi masih gerimis menjadi deras. Selesai berdoa kami berangkat sesuai kelompok masing-masing. Kami berangkat langsung memakai ponco. Masih langkah pertama sudah dipeluk oleh air hujan dan angin. Pendakian Arjuna via Tretes akan melewati Pos 1 ( Pet Bocor), Pos 2 (Kokopan), Pos 3 (Pondokan), lembah kidang (Lali Jiwo) dan Puncak Arjuna (Ogal-Agil).
Untuk mencapai Pos 1 atau Pet bocor membutuhkan waktu yang relatif singkat dari basecamp, yaitu sekitar 25 menit. Medan yang dilalui juga cenderung datar dan sedikit menanjak jika hampir sampai pos 1. Medan pertama yang dilalui yaitu bebatuan yang ditata, kemudian masuk pada jalan pleste ran yang sedikit menanjak sampai ketemu warung sebelah kanan jalan. Warung inilah yang disebut Pos 1. Pos 1 ini diberi nama pet bocor, mungkin dikarenakan disebelah warung ada pet yang mengalir terus (bocor). Pet bocor ini biasanya digunakan pendaki untuk mengisi perbekalan air. Sumber air di pos 1 ini sangat melimpah. Kalo ingin kopi atau teh juga bisa didapatkan di pos 1 ini (tentunya dengan membeli di warung, dan bayar). Didepan warung ada lahan datar yang cukup luas, biasanya dipakai mendirikan tenda bagi yang rindu alam tipis-tipis.
​
​
​
​
​
​
(pos 1, Pet Bocor, setelah hujan deras)
Betul saja, satu teman saya langsung muntah ketika sampai Pos 1 ini. Dia mengalami pusing dan mual mendadak setelah dalam perjalan tadi ditemani dengan hujan gerimis dan deras. Seketika itu, Andika (teman yang mual) meminta untuk pulang dan membatalkan pendakiannya. Suasana dilematis jika kita melanjutkan pendakian tanpa Andika, dan dia harus pulang turun ke basecamp sendirian, belum juga perjalan ke Malang, dan juga dalam kondisi yang kurang sehat. Untungnya ada warung di pos ini, saya pun memesan teh hangat tawar dan segera saya berikan ke Andika. Pada saat awal pendakian, tubuh memang akan beradapatasi dengan suhu yang berbeda, beban yang bertambah berat dan medan yang berbeda sehingga wajar muncul efek pertama kali sebelum adaptasi itu, seperti mual dan pusing. Apalagi sebelum mendaki sudah disambut oleh hujan deras. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan istirahat sejenak, minum hangat dan mengurangi beban untuk sementara ketika mulai berjalan lagi. Andika pun kami tawarkan untuk melepas tasnya. Tas andika untuk sementara waktu dibawa oleh teman yang lebih kuat dan sehat agar andika bisa lebih rileks dan beradaptasi dengan baik. Tidak jadi pulang dan menyerah, Andika pun melanjutkan perjalanan, Alhamdulillah.
Kita melanjutkan perjalanan ke Pos 2 dengan masih ditemani hujan. Medan selama perjalanan pada awalnya berupa plesteran, kemudian berlanjut menjadi medan berbatu setelah jauh dari pos 1. Medan berbatu dan menanjak mendominasi perjalanan. Perjalanan yang cukup melelahkan dengan kemiringan jalan yang menanjak dan jarang mendapat bonus, ditambah medan berbatu yang cukup licin pada saat hujan. Dari Pos 1 ( Pet Bocor) ke Pos 2 (Kokopan) membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Sampailah kita ke Kokopan sekitar pukul 20.30 WIB. Sumber air di pos ini masih melimpah, ada pipa yang airnya mengalir yang biasa digunakan pendaki untuk mengisi perbekalan airnya dan kegiatan bersih-bersih.
(pos kokopan)
Keesokan harinya, kita melanjutkan perjalanan ke pos 3 (pondokan) sekitar 08.00 WIB. Medan yang dilalui kali ini hanya berbatu yang tertata dan besar sama seperti medan perjalanan ke pos 2. Sebenarnya, medan berbatu ini dibuat untuk jalan mobil pengangkut belerang. Dahulu mobil hanya bisa sampai Kokopan, tetapi sekarang sudah sampai hampir sebelum Pondokan. Medan ke pos 3 lebih terjal daripada ke pos 2, walapun sama berbatu. Selain lebih terjal, trek menuju ke pos 3 juga lebih panjang. Trek ini sangat menguras tenaga, beberapa teman sudah mendapatkan efek dari perjalanan di trek ini, seperti terkilir atau sekedar pegal-pegal, hehe.
(trek menanjak yang panjang menuju ke pondokan)
Sekitar pukul 15.00 WIB kami sampai di Pondokan. Pos ini semacam perkampungan kecil dari beberapa pondokan penambang belerang yang berada di lembah. Banyak terdapat gubuk-gubuk kecil di pos ini. Kami hanya istirahat 15 menit di Pos ini.
(pos pondokan)
Dari Pondokan, Kami melanjutkan perjalan ke Lembah kidang dengan mengambil jalan ke kiri, jalur lurus merupakan jalur ke Gunung Welirang. Trek dari Pondokan ke lembah lidang dimulai dengan tanjakan ke puncak bukit kecil. Berbeda dengan jalur sebelumnya, trek kali ini merupakan trek dengan jalan setapak atau tanah dan rerumputan. Setelah sampai puncak bukit, trek akan cenderung datar bahkan menurun, bonus yang dinantikan dari hari-hari sebelumnya.
Lembah kidang adalah sabana luas dibawah puncak arjuna. Rombongan sampai di sini dengan menempuh 20 menit perjalanan dari Pondokan. Banyak lahan datar yang bisa dijadikan tempat mendirikan tenda, tetapi jarang tempat yang terlindung pohon sehingga angin bisa menerpa tenda dengan bebas. lalu kita melanjutkan ke area sabana yang dekat dengan pepohonan dan ada sumber air walaupun sedikit.
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
(camp lembah kidang)
​
​
Hujan deras di malam hari membuat tenda kami bocor. Lembah kidang jika hujan dan angin membuat tenda seakan-akan terkena badai langsung karena tidak ada perlindungan. Betul saja, akhirnya dua orang harus rela keluar di tengah hujan deras untuk mengencangkan tali tenda dan mengikat di pohon terdekat agar tenda tidak roboh. Walaupun tenda tidak jadi roboh, hujan deras disertai angin kencang tersebut membuat kami tidak bisa tidur. Hujan yang benar-benar tidak romantis.
Kita bersiap ke puncak arjuna keesokan harinya pada pukul 07.30 WIB. Rencana ke puncak sebelum matahari terbit harus punah karena malamnya sudah diterjang badai dan kami tidak bisa tidur dengan tenang. Dengan rasa kantuk yang masih melekat, kami melanjutkan perjalanan ke puncak Arjuna.
Kami hanya membawa beberapa botol air dan makanan ringan di dalam tas kecil di perjalanan ke puncak. Ada satu teman yang tidak ikut perjalanan ke puncak dan bersedia menunggu tenda di lembah kidang. Keuntungan sendiri jika ada teman yang menjaga tenda, kita tidak perlu membawa barang bawaan yang berat ke puncak, walaupun kita tidak bisa memberinya oleh-oleh dari puncak berupa edelweis karena memang itu dilarang dan juga sayang sekali kalau dipetik.
Trek ke puncak arjuna sangat menanjak. Pada awalnya trek akan didominasi batuan sempit yang curam dan menerabas tumbuhan perdu. Dari trek ini kita bisa melihat kedua puncak Gunung Kembar dan puncak Welirang. Keindahan trek ini diiringi dengan angin yang cukup kencang pada saat itu, sehingga kita harus memperhatikan jalan yang kita lalui. . Ada sedikit jalan datar (bonus) saat trek malalui pinggiran bukit (melipir). Sebelum puncak, kita sampai ke tempat datar yang cukup luas. Disana terdapat beberapa makam. Setelah itu kita memasuki area datar yang diberi nama pasar setan. Pasar setan merupakan area datar dan luas. Konon legenda di tempat ini merupakan pasar (tempat jual beli) di dunia astral. Tapi jangan khawatir, yang terpenting kita tidak berbuat merusak alam sekitar, semua akan aman saja guys.
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
(beberapa saat setelah meninggalkan lembah kidang)
​
​
Secara keselurahan, trek ke puncak arjuna adalah yang terberat. Kita melewati banyak bukit dengan jalan yang terjal naik turun, didominasi jalan bebatuan. Sampailah kami ke puncak Arjuna pada pukul 10.00 WIB, cukup siang untuk sampai puncak. Puncak Arjuna merupakan puncak dengan bebatuan besar. Angin kencang kami rasakan ketika sampai di puncak. Bagi yang takut ketinggian puncak arjuna merupakan tempat horor karena puncak arjuna merupakan puncak yang sempit dengan dikelilingi jurang-jurang dalam. Dari puncak kalian bisa melihat puncak semeru jika cuaca sedang cerah. Kami menghabiskan waktu dengan menikmati puncak selama kurang lebih satu jam.
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
(trek mendekati puncak Arjuna)
​
​
Setelah sampai puncak kita kembali ke lembah kidang. Sebelum sampai, kita melewati hutan yang terkenal dengan sebutan lali jiwo. Di sini kami mengalami kebingungan dengan jalur. Hutan lali jiwo merupakan hutan cemara yang cukup rapat, sehingga membuat kita lupa jalur pada saat berangkat. Setelah cukup lama kami berkeliling tanpa tahu arah, akhirnya dua teman kami menaiki bukit terdekat untuk melihat arah ke lembah kidang.
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
​
(Puncak Ogal-Agil Gn Arjuna)
​
​
Setelah packing di lembah kidang kami melanjutkan perjalanan turun dengan ditemani hujan gerimis, yang lagi-lagi tak romantis. Mendaki di musim hujan membutuhkan tenaga ekstra karena jalan yang licin dan suhu yang dingin membuat fisik mulai gampang menurun. Pada saat perjalanan turun, fisik sudah tinggal setengah nyawa, ditambah hujan yang tidak kunjung berhenti membuat rombongan kami seperti rombongan zombiie yang jalan di tengah malam, di tengah hutan, hehe. Dan pada akhirnya, dengan susah payah kita sampai di pos perijinan pada saat sebelum subuh, waktu yang sangat lama untuk perjalanan turun gunung.
Jika kalian ingin merasakan sensasi pendakian gunung arjuna silahkan klik di sini.